Baby Hello Kitty
Instagram

Baby Hello Kitty

Senin, 22 Agustus 2016

SANG PERUSUH YANG TERTIB




Di suatu sekolah tempat saya mengajar, yaitu di SMP N 2 Bulok kabupaten Tanggamus provinsi Lampung. Sekolah tersebut adalah sekolah yang sangat jauh dari kata sempurna, dengan kondisi sekolah yang serba kekurangan sarana belajarnya, kemudian dengan lokasi yang berada di daerah pegunungan sehingga jarang sekali guru yang datang untuk mengajar.
Pada suatu ketika saat saya mengajar, saya dihadapkan pada masalah seorang anak yang “suka mengganggu” temannya belajar bahkan membuat kelas menjadi rusuh. Sebut saja namanya Sani. Banyak guru-guru yang mengeluh akan sifatnya sani. Anaknya sangat nakal, tertawanya sangat besar meskipun dalam kondisi kelas yang tidak dalam posisi lucu, serta suka menjahili temannya.
Diawal pertemuan pelajaran dengan saya, dia terlihat anak yang pendiam dan penurut sepertinya. Tapi ketika pertemuan kedua, ketiga dan selanjutnya sifat si sani seolah berubah 180 derajat. Dia menjadi anak yang suka ribut dikelas, suka menjahili temannya, suka keluar masuk kelas dengan berbagai alasan yang ada, dan seolah tidak menganggap saya sebagai gurunya. Saya dengan sabar mengahadapi sikap sani yang suka gaduh dikelas, berbagai model pembelajaran yang menyenangkanpun sudah saya lakukan agar bisa melihat sani bersikap normal ke teman-temannya. Tidak hanya saya yang mengeluhkan sikapnya, namun semua guru pun nampak tidak menyukainya.
Sampai pada suatu hari saya mengeluarkan sani dari kelas, saya tau itu bukanlah sikap baik yang dilakukan guru kepada siswanya. Tapi hal tersebut saya lakukan karena saya ingin melihat reaksi dari sani, apakah dia akan tambah nakal atau menyadari kesalahannya. Alhasil ternyata sikapnya tambah menjadi-jadi, bahkan dia membenci saya ketika mengajar. Saya semakin paham ternyata sani ini adalah type anak yang kurang perhatian dari keluarganya, makanya dia sering mencari perhatian dikelas meskipun dengan cara yang salah.
Oke saya tahu bagaimana menaklukkan anak seperti ini. Suatu ketika saat pulang sekolah saya mengajak sani pergi dan berbicara empat mata, meskipun dengan penuh perasaan was-was karena harus berhadapan dengan siswa yang nakal ini dan sudah banyak kasus kejahatan yang tidak baik pernah terjadi. Tapi saya percaya sama Allah qok. J  Kebetulan ternyata hari itu adalah hari ulang tahun sani, sebelumnya dia sudah mengirim pesan ke guru-guru kalau dia ulangtahun hari itu ya tujuannya supaya ada yang perhatian sama dia.
Di kala itu saya mulai berbicara dari hati ke hati kepada sani, kenapa sifatnya seperti itu ? apa yang menyebabkan? dan banyak pertanyaan lain. Dan ternyata sani ini adalah anak yang benar-benar kurang perhatian dari orangtuanya sehingga dia sering membuat onar dikelas, suka membuat guru marah, ya semata-mata agar dia diperhatikan banyak orang. Saya mulai menasehati dia, kalau banyak teman-teman yang sayang sama sani, guru-guru pun besar harapannya kepada sani agar dia menjadi anak yang sukses. Kemudian menanamkan sikap bahwa dia sudah remaja yang mau kedewasa yaitu 16 tahun, dan tidak seharusnya berperilaku kekanak-kanakan, harus sudah berpikir dewasa secara sikap maupun emosional, dan harus bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Dalam pembicaraan saya sangat menegaskan bahwa saya ingin dia bersikap normal seperti anak-anak yang lain, menghormati guru-gurunya, dan bisa berkomunikasi baik dengan teman-temannya serta bisa menempatkan posisi kapan kita harus bercanda dan kapan kita harus dalam posisi serius.
Finally, ketika esok hari saya mengajar di kelas, alhamdulillah sifat sani sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia sudah menjadi anak yang lebih dewasa, lebih mendengarkan, menempatkan posisi, dan lebih menghormati gurunya. Dan kami sepakat menjulukinya dengan sebutan “Sang Perusuh yang Tertib”. Ternyata cara mendidik anak itu memang harus penuh dengan kesabaran dan kelembutan bukan dengan memaksakan ego agar siswa mengikuti kemauan kita, namun mengajarlah dengan hati perlakukan mereka layaknya rekan bicara yang baik.
Semoga bermanfaatJ


Tidak ada komentar:

Posting Komentar