Kutai kecil, merupakan
salah satu desa di kecamatan amuntai selatan. Desa yang sejuk dan dikelilingi
oleh rawa, di desa ini lah tempat guru Ades mengabdikan dirinya selama sembilan
bulan. Senin, 19 February 2018 ini adalah hari pertama Guru Ades mulai menjadi guru atau pengajar di MI Mambaul Ulum. Mentari
pagi menjadi pemantik semangatnya untuk melangkahkan kaki menuju MI tersebut. Sesampainya
digerbang madrasah, hingar bingar tawa bahagia para siswa menyambut
kedatangannya.
Tampak saat itu para
siswa sedang membersihkan halaman madrasah yang merupakan kegiatan rutin setiap
pagi, agar madrasah tetap terjaga kebersihannya, karena kebersihan adalah
sebagain daripada iman. Setelah kegiatan tersebut, tepat pukul 07.45 WITA
kegiatan upacara senin pun dimulai, yang menjadi petugas upacara adalah siswa
kelas V dan pembina upacaranya adalah guru Ades itu sendiri.
Upacara senin yang
diikuti oleh sekitar 115 siswa dan beberapa dewan guru beserta kepala madrasah
pun berlangsung. Dimulai dari penyiapan oleh pemimpin upacara, penghormatan,
laporan, penyanyian lagu Indonesia Raya, pembacaaan Pancasila, pembacaan UUD
1945, pembacaan tata tertib madrasah, dan sampailah kepada amanat pembina upacara.
Dalam amanat upacaranya
Ades menyampaikan bahwa, Pelaksanaan upacara bendera pada setiap hari Senin
hendaknya jangan hanya sebagai seremonial belaka, sebagai rutinitas yang kurang
bermakna. Tapi marilah setiap kegiatan upacara kita gunakan sebagai ajang untuk
pengendalian diri kita. Agar selama pelaksanaan upacara ini kita bisa
mengendalikan diri untuk bersikap sempurna. Kalau dalam keadaan siap kita harus
siap, tidak boleh menengok kanan kiri, pandangan mata lurus kedepan, kepalan
kedua tangan berada disamping badan, tidak mengobrol. Dan begitu juga kalau
dalam keadaan istirahat kita juga harus istirahat. Karena dalam bahasa ilmiahnya, kita ini
selalu berada dalam ruang dan waktu, berada dalam lingkungan, dan kita harus
menyesuaikan dengan lingkungan tersebut.
Kita ini bagian dari
masyarakat pendidikan, berarti ada lingkungan madrasah. Cobalah, mulai dari
masuk pintu gerbang madrasah, hendaklah para siswa sudah mulai bisa mengendalikan
diri, misalnya bagaimana menghormati bapak ibu guru yang merupakan orangtua
kedua kita dimadrasah. Kemudian bagaimana bisa tampak lebih rapi tanpa ditegur
oleh bapak/ibu guru. Kemudian para siswa juga harus bersungguh-sungguh dalam
belajar, supaya kelak bisa dengan mudah menggapai cita cita yang diinginkan.
Tutur Ades juga, contoh
pengendalian diri yang lain misalnya setiap bel berbunyi untuk ganti pelajaran,
hendaknya siswa jangan sampai berkeliaran lagi di luar kelas, kecuali kalau
memang pada jam berikutnya adalah pelajaran olahraga ataupun mata pelajaran
outing class. Kemudian kalau jam
pelajaran telah usai, jika sudah tidak ada kepentingan lagi dimadrasah.
Hendaknya para siswa segera pulang kerumah masing-masing, karena orangtua kita
sudah menunggu nunggu kita dirumah, kurangi nongkrong-nongkrong, bergerombol
yang tidak berfaidah, supaya terhindar dari suatu hal yang bersifat negatif.
Setelah amanat pembina
upacara selesai, dilanjutkan dengan penyanyian lagu wajib nasional dan mars madrasah, penghormatan dan laporan akhir,
serta ditutup dengan doa. Kemudian setelah upacara dibubarkan anak-anak saling
berjabat tangan atau bersalaman kepada bapak ibu guru di MI mambaul ulum.
Penulis: Ades Marsela
(Trainer SGI Hulu Sungai Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar