Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh kepribadian gurunya. Jadi tidak jarang kita temui bahwa seringkali ketika orangtua akan mendaftarkan anak nya kesekolah maka mereka akan mencari tahu seperti apa kualitas sekolah tersebut dan mencari tahu seperti apa guru-guru yang akan membimbing anak-anaknya kelak.
Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk
memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana guru tersebut
menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan
kualitas pribadi peserta didik. Sebagaimana
diketahui bahwa tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim.
Sedangkan
kepribadian muslim
di sini adalah kepribadian yang
seluruh aspek-aspeknya merealisasikan dan mencerminkan
ajaran Islam. Al- Ghazali
mempergunakan istilah pendidik dengan berbagai
kata seperti, al-mualim (guru), al-mudarris (pengajar), al-muaddib (pendidik),
dan al-walid (orang tua). Kompetensi kepribadian, yaitu “Kemampuan
kepribadian yang (a) berakhlak mulia; (b) mantap, stabil, dan dewasa; (c) arif dan
bijaksana; (d) menjadi teladan; (e) mengevaluasi kinerja sendiri; (f) mengembangkan
diri dan (g) religius.
a. Berakhlak mulia
Mengapa guru harus berakhlak mulia atau berkarakter baik? Karena diantara tugas yang pokok seorang guru ialah memperkukuh daya positif yang dimiliki siswa agar mencapai tingkatan manusia yang seimbang/harmonis (al-adalat) sehingga perbuatannya mencapai tingkat
perbuatan ketuhanan (af’al
ilahiyyat).
b. Mantap stabil dan dewasa
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian
ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan dapat di pertanggung jawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa Hal ini penting karena
banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Kondisi kepribadian yang demikian serin membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.
c. Arif dan bijaksana
Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik
harus di mulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa, kita
tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari
pribadi guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa.
Guru bukan hanya menjadi seorang manusia
pembelajar tetapi menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat mempengaruhi
pikiran generasi muda.” Seorang guru tidak boleh sombong dengan
ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibanding guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya. Allah mengingatkan orangorang yang sombongdengan firmannya:
kami tinggikan derajat orang yang kami hendaki; dan diatas tiap-tiap orang
yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf {12}: 76).
d. Menjadi teladan
Menurut teori belajar asosiasi dengan tokoh
bandura, menyatakan bahwa pembelajaran terlaksana dengan cara mengikuti
permodelan yang dicontohkan oleh gurunya. Jadi dalam hal ini guru adalah
contoh, model yang menjadi teladan dan panutan bagi semua siswanya. Maka dari
itu guru harus mempunyai kepribadian yang baik agar menjadi teladan atau contoh
yang baik juga bagi siswanya.
e. Mengevaluasi diri sendiri
Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran di masa mendatang. Umar bin Utbah berkata kepada guru anaknya: “hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidik anakku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena matanya melihatmu. Kebaikan baginya adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adlah apa yang kau tinggalkan.”
f.
Mengembangkan diri.
Diantara
sifat yang harus dimiliki ialah
pembelajar yang baik atau pembelajar mandiri, yaitu semangat
yang besar untuk menuntut ilmu. Sebagai contoh kecil yaitu
kegemarannya membaca dan berlatih ketrampilan yang
dapat
menunjang profesinya sebagai pendidik.
g.
Religius.
Akhlak
mulia timbul karena
seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang memiiki
nama-nama baik dan sifat yang terpuji. Budi pekerti yang tumbuh
subur dalam pribadi yang khusyuk dalam menjalankan ibadah
vertikal dan horizontal. Pribadi yang selalu menghayati ritual
ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar