Agar mendapat kecerdasan yang dijanjikan Allah Swt, hendaknya kita: menyadari, menyerahkan diri, memperhatikan, mempelajari, memikirkan, mengambil pelajaran, mengimani, memelihara diri, dan bertaqwa kepada Allah Swt.
a. Syahwat yang diarahkan ke kehidupan surga
b. Hawa yang dikendalikan agar mengikuti kebenaran.
Hawa merupakan sebuah kekuatan yang buruk dan membahayakan. “dan jika
kebenaran itu mengikuti hawa mereka, pastilah hancur luluh selruh langit dan
bumi serta segala isinya,” (QS Al-Mukminun :71). Maka kita harus bisa
mengendalikan hawa agar mengikuti kebenaran.
c. Pemberdayaan anggota tubuh dengan konsumsi terpelihara.
Melalui konsumsi yang halal, menyehatkan, maka kita akan cerdas dalam:
mengisi perut, memanfaatkan tangan, menggunakan kaki, melaksanakan fungsi alat
kelamin, memberdayakan jasmani, merawat tubuh.
d. Aktualisasi indra yang dibimbing oleh nurani.
Indra memiliki kekuatan untuk menerima informasi-informasi tertentu. Dalam menerima
sejumlah informasi yang masuk, dalam
pemanfaatan indra, sebenarnya bukan hanya mengetahui informasi tentang yang ada
dan dapat dipergunakan sebagai apa, tetapi juga harus mampu menangkap dari
aspek hakikat dan kruhanian. Maka pencerdasan dalam aktualisasi indra adalah
pelibatan nurani untuk melakukan pembimbingan.
e. Kekuatan intelektual yang dibimbing oleh hati
Kecerdasan intelektual yang tidak dibimbing oleh hati membuat banyak orang
silau dan mendewakan kekuatannya setara dengan Tuhan. Karena itu banyak orang
yang celaka dan mecelakakan manusia-manusia lain.
f.
Hati yang menjadi tempat keimanan, ruh, cahaya,
dan Al Quran.
Allah telah menjadikan hati sebagai susatu yang berfungsi sebagai wadah dan
kekuatan dalam kehidupan manusia.
g. Jiwa yang senantiasa melakukan pensucian
Jiwa adalah perangkat alat bantu puncak pada diri manusia, memiliki
kesempatan atau peluang mendi objek yang akan disambut oleh Allah Swt diakhirat
dengan penuh kemuliaan dan kehormatan. Karena itu diperlukan penyucian yang
harus diupayakan sendiri. Allah Swt menegaskan “ dan siapa saja yang bersuci
maka sesungguhnya untuk menyucikan jiwanya, (Qs. Al fathir (35): 18), dan “
berbahagialah siapa saja yang menyucikan jiwanya, dan merugilah siapa saja yang
mengotorinya.” (Qs. Al-Syams (91): 9-10)