Baby Hello Kitty
Instagram

Baby Hello Kitty

Senin, 04 September 2017

MEMBANGUN BUDAYA MORAL POSITIF DI SEKOLAH




Penerapan moral luhur yang berkeadilan dan demokratis oleh murid berlaku bagi sekolah yang memberikan pengalaman kehidupan masyarakat bermoral tinggi di sekolah. Jadi, dapat diketahui bahwa tingkat alasan moral operatif murid cenderung meningkat atau menurun terkait dengan kesesuaian persepsi mereka dengan lingkungan moral sekolah.
Ukuran Budaya Moral dapat dilihat dari lingkungan tempat bersosialisasi anak tersebut. Suatu masa, ketika kita menginginkan murid yang kita didik dapat melakukan hal-hal baik di tengah lingkungan yang buruk, hal tesebut tidaklah mudah. Akan tetapi, jika kita ingin membentuk karakter yang baik akan jauh  lebih mudah jika dilakukan di lingkungan yang memiliki moral tinggi seperti kejujuran, kesopanan, dan kepedulian menjadi norma dalam kehidupan sehari-hari.

A.     Enam Elemen Budaya Moral Positif di Sekolah
1.      Elemen 1: Kepemimpinan Kepala Sekolah
Jika kita melihat sekolah dengan lingkungan moral yangs ehat dan program pengajaran yang bagus, kita akan emnemukan para pengurus atau pemimpin yang memimpin untuk melakukannya ataau mendukung para stakeholders memiliki nilai moral yang tinggi.
Seorang kepala sekolah yang efektif biasanya melibatkan seluruh kegiatan umum untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik: menciptakan kepanitiaan yang mengidentifikasi target sekolah terahdap nilai moral, menyediakan kepemimpinan yang berfungsi untuk mengimplementasikan program seperi mengadakan workshop, waktu untuk berbagi, pusat sumber belajar dan kesempatan lain untuk para staf sekolah untuk mengembangkan keterampilan sebagai moral pendidik, dan menjadi teladan dalam hal apapun di sekolah dan kehidupan sehari-harinya. Berikut beberapa caranya:
a.       Menyatakan visi sekolah.
b.      Memperkenalkan tujuan dan strategi dari program nilai-nilai moral positif kepada seluruh staf sekolahan.
c.       Merekrut partisipasi dan dukugan orangtua
d.      Memberikan teladan nilai-nilai sekolah melalui interaksi dengan staf, murid dan orangtua.


2.      Elemen 2: Disiplin Sekolah
Dalam usaha meningkatkan kedisplinan sekolah. Kepala sekolah melibatkan baik staf maupun anak-anak dalam membuat peraturan. Jadi jika ada siswa yang melakukan pelanggaran serius, kepala sekolah menggunakan pendekatan perjanjian yang mewajibkan siswa agar mengambil tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadiannya.
Apabila sekolah benar-benar mengajarkan nilai seperti menghormati dan tanggung jawab, dan di biasakan dengan hal positiif lainnya, kemungkinan aksi saling membuly dari tempat manapun akan terminimalisir. Berikut caranya:
a.       Mendefinisikan dengan jelas aturan sekolah dan secara konsisten, serta adil mendorong stakeholders sekolah.
b.      Mengatasi masalah disiplin dengan cara yang mendorong menumbuh kembangkan moral siswa.
c.       Memastikan aturan dan nilai sekolah ditegakkan dalam seluruh lingkungan sekolah dan bergerak tangkas untuk menghentikan tindakan kekerasan dimana pun terjadi.


3.      Elemen 3: Mengembangkan Rasa komunitas Seluruh Sekolah
Rasa komunitas seluruh sekolah yang kuat merupakan hal yang sering menjadi cara terbaik untuk mencegah tingkah laku yang kasar seperti penindasan, yang dengan mudah berkembang ketika ikatan komunitas lemah dan norma positif grup tersebut tidak ada.
Mengembangkan rasa saling peduli dikomunitas dapat dilakukan dalam beberpaa program, yaitu kegiatan ekstrakulirer, mengajarkan tata krama yang baik di dunia olahraga, dan pertemuan sekolah sebagai sebuah komunitas dan pembangun karakter, serta tugas sekolah.
Berikut beberapa cara  ringkas mengembangkan rasa komunitas seluruh sekolah:
a.       Menumbuhkan keberanian stakeholders sekolah untuk mengekspresikan apresiasi mereka atas tindakan peduli terhadap orang lain.
b.      Menciptakan kesempatan bagi setiap murid untuk mengenal seluruh staf sekolah dan murid sekolah di kelas lain.
c.       Mengajak sebanyak mungkin murid untuk terlibat dikegiatan ekstrakulikuler.
d.      Menegakkan sikap prioritas.
e.       Menggunakan nama sekolah untuk mendorong masyarakat dengan nilai-nilai baik.
Setiap kelas diberi tanggung jawab untuk berkontribusi dalam kehidupan sekolah

4.      Elemen 4: Pengelolaan Sekolah yang Demokratis
Strategi pengembangan karakter sekolah yang lain, jika digunakan dengan baik, dapat menantang murid untuk membantu mengelola kehidupan sekolah mereka. Kita tahu bahwa orang dewasa adalah orang yang bertanggung jawab, tapi berdasarkan kerangka berpikir itu pula, anak-anak juga diberikan tanggung jawab yang nyata untuk mengambil keputusan atas masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan mereka dan untuk mendapatkan pengalaman pertumbuhan karakter tentang bagiamana mengambil sebuah keputusan. Berikut beberapa cara untuk menerapkan pengelolaan sekolah yang demokratis:
a.       Menyusun kepengurusan siswa untuk memaksimalkan partisipasi siswa dan interaksi di antara sekelas dna dewan siswa .
b.      Membuat dewan siswa ikut bertanggungjawab terkait dengan masalah dan isu yang memiliki pengaruh nyata pada kualitas kehidupan sekolah.



5.      Elemen 5: Menciptakan Komunitas yang Baik di Antara para Orang Dewasa
Berdasarkan penelitian, di dalma sekolah yang baik, terdapat masyarakat yang bermoral dan memiliki intelektual yang kuat diantara para orang dewasa. Hubungan kolegial staf dipelihara dengan baik. Para guru saling berbagi ide. Staf pengajar berpengalaman memandu guru baru dan lain sebagainya. disekolah yang efektif, guru dan staf administrasi bekerja sama untuk membuat kebijakan sekolah, mengembangkan bahan ajar, memilih buku teks, emperkuat disiplin, dan menciptakan program yang bagus untuk pengembangan karakter. Berikut beberapa cara menciptakan komunitas yang baik di antara para orang dewasa:
a.       Memberikan waktu dan dukungan untuk staf sekolah untuk bekerja bersama dalam menyusun bahan ajar.
b.      Melibatkan staf melalui kolaborasi pembuatan keputusan sesuai dengan bidangnya masing-masing.


6.      Elemen 6: Memberi Banyak Waktu untuk Peduli terhadap Moral
Sekolah dapat meningkatkan pentingnya kepedulian terhadap moral dengan cara:
a.       Memoderasi tekanan akademis sehingga guru tidak mengabaikan pengembangan sosial-moral siswa.
b.      Menumbuhkan kepercayaan diri guru untuk menghabiskan banyak waktu untuk mengurusi mora siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar