Anak-anak sering sekali membuat kita bahagia tujuh keliling. Ada saja tingkah atau akal-akalan mereka yang membuat kita harus belajar lagi tentang proses yang telah kita rencanakan sebelumnya. Mereka peka dan gampang protes terhadap berbagai peraturan yang kita buat. Mereka mencatat segala sesuatu lebih detail daripada yang mampu kita ingat, dan terkadang bisa membuat kita tersipu malu apabila ada ketidak konsistenan yang kita lakukan dihadapan mereka.
Tak ada resep yang pasti untuk mengatur bagaimana kemauan anak, tak ada panduan yang dapat mengukur kinerja dalam proses pengasuhan anak-anak, tetapi kita harus senantiasa belajar untuk meningkatkan kinerja sebagai orangtua ataupun pendidik bagi mereka. Begitu banyak hal yang ingin kita ajarkan kepada anak-anak, namun yang terjadi justru sebaliknya, begitu banyak hal yang mereka ajarkan kepada kita. Kita ingin dikagumi oleh anak-anak, namun malah sebaliknya kitalah yang jadi mengagumi mereka.
Jika kita cermati, bukankah hal itu membuktikan betapa cerdasnya anak-anak kita ?? penuh dengan warna –warni layak nya sebuah PELANGI. Setiap anak mempunyai warna kecerdasan tersendiri, yang berbeda dari anak lain, bahkan berbeda pula dari saudara sekandungnya. Itulah sebabnya kita sebagai orangtua atau bahkan guru, kita tidak bisa menerapkan pola tindakan yang sama untuk semua anak. Setiap anak sangatlah khusus dan membutuhkan pendekatan khusus pula. Anak yang satu tak akan sama dengan anak yang lain. Lalu bagaimana cara orangtua melihat pelangi kecerdasan itu ?? tentu banyak yang mesti kita telusuri sebagai orangtua yang menginginkan anaknya menjadi cerdas !!
Siapa yang tak ingin anak nya cerdas ??
Semua orangtua pasti berharap penuh agar buah hatinya cerdas. Tak ada yang lebih penting bagi mereka selain memiliki anak yang cerdas. Sehingga semua gerakan untuk mencerdaskan anak pun dikerahkan, dimulai mencari sekolah pavorit, guru kreatif sampai teman bermain anakpun harus dipilah untuk mendukung kecerdasan anaknya. Kebanyakan orangtua baru merasa punya anak cerdas kalau anaknya mempunyai prsetasi akademik yang bagus, setidaknya diatas rata-rata. Lantas, kecerdasan dimaknai begitu sempit hanya sebatas perolehan ranking di sekolah.
Anak yang cerdas tentu lahir dari orangtua yang cerdas pula yaitu cerdas dalam mendidik anaknya. Dalam hal ini orangtua pun harus paham dengan berbagai macam pelangi kecerdasan anak. Sehingga orangtua tidak akan berpikir lagi untuk memaksakan agar anaknya harus cerdas dalam semua bidang akademik.
Dalam sebuah teori tentang Kecerdasan Multiple intelegensi yang dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner dikutip dari buku Psikologi Pendidikan ( Robert E. Slavin, 2011) manusia mempunyai 8 kecerdasan atau disini penulis menyebutnya PELANGI KECERDASAN ANAK, yaitu: naturalistik, linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, dan kinestetik. Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode di mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan mereka dan juga untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka.
Jadi berdasarkan 8 kecerdasan di atas, orangtua harus pandai dalam melirik dominan kecerdasan mana yang dimiliki buah hati. Sehingga perlakuan yang kita terapkan untuknya sejalan dengan jenis kecerdasannya. Dan hal yang perlu dilakukan untuk menciptakan anak yang cerdas hanyalah menemukan bidang kemampuan anak yang benar dan memberikan stimulasi yang tepat.
Berikut beberapa stimulasi awal yang dapat diberikan pada anak oleh orang tua untuk setiap bidang kecerdasan, antara lain:
1.Kecerdasan verbal (linguistik): orangtua mengajak anak membaca bersama, memperhatikan dengan sungguh setiap pertanyaan anak sehingga anak terlatih untuk belajar mendengar, menyediakan buku cerita atau buku untuk menulis, mendorong anak untuk menceritakan pengalamannya contohnya dalam catatan saku ataupun diary, dan mengajak anak bermain scrabble bersama.
2.Kecerdasan logika matematika: orangtua mengajak anak bermain kartu, catur, mengajak anak untuk melakukan eksperimen kecil, memperkenalkan sistem berhitung, dan memperkenalkan teknologi untuk menghitung.
3.Kecerdasan visual-spasial: orangtua mendorong anak untuk menggambar, mewarnai, mengajak anak mengatur dekorasi ruangan, mengajak bermain puzle, lego menyediakan berbagai macam alat gambar, melatih membuat peta atau denah.
4.Kecerdasan jasmani-kinestetik: orangtua mengajak anak melakukan olahraga, mengajak anak aktif menggerakan badan, menari, memanah, bermain drama, melatih anak menggunakan kemampuan jari tangan untuk membuat ketrampilan.
5.Kecerdasan musik: memperkenalkan lagu pada anak, mendorong anak untuk bernyanyi, bermain musik, mengajak anak ke konser atau pagelaran musik.
6.Kecerdasan interpersonal: mengajak anak bermain bersama keluarga, mendorong anka bergaul dengan teman sebaya, melatih anak untuk merancang kegiatan bersama, melatih anak berpendapat.
7.Kecerdasan intrapersonal: orangtua waktu khusus buat anak untuk sendirian, mendorong anak menceritakan perasaanya, emlatih anak menceritakan perasaannya, melatih anak untuk membuat catatan pribadi, memotivasi anak belajar mandiri, mendorong anak merancang target.
8.Kecerdasan natural: orangtua mengajak anak menikmati alam, mengajak anak berpetualang di alam, memperkenalkan berbagai flora-fauna, mengamati dan meneliti tanda-tanda alam, memperkenalkan rasi bintang dan memanfaatkannya.
Sesunguhnya setiap anak memiliki kedelapan kecerdasan tersebut, kenapa delapan ?? namun kadarnya saja berbeda. Seorang anak bisa menunjukkan satu atau dua kecerdasan yang cenderung paling menonjol, yang menuntut kesempatan untuk diaktualkan. Hal ini tentu meminta perhatian orangtua untuk mencari tahu kecerdasan apa yang dimiliki anaknya. Hal penting lainnya, satu atau dua kecerdasan itu biasanya jugfa menunjukkan cara termudah bagi seorang anka untuk mempelajari sesuatu. Dalam hal 3 M (membaca, menulis, dan menghitung), misalnya, seorang anak dengan kecerdasan musik akan lebih mudah memahami matematika dengan pendekatan musik, anak dengan kecerdasan bahasa akan lebih cepat paham dengan bantuan soal cerita, dan anak naturalis akan senang sekali menggunakan bunga atau ikan. Sehingga sesungguhnya tidak ada anak yang tidak cerdas.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut juga tidak berdiri sendiri dan nyatanya masalah yang dihadapi oleh anak-anak juga menuntut kemampuan yang kompleks. Misalnya ketika bertengkar dengan teman, anak membutuhkan keceredasan intrapersonal dalam mengendalikan diri kemudian sekaligus kecerdasan antarpribadi. Contoh lain, ketika bermain sepakbola, diperlukan kecerdasan spasial, fisik dan antarpribadi.
Sekarang kita bisa memandang anak dengan cara yang berbeda, yaitu bahwa dalam diri mereka selalu ada bahkan banyak hal yang bernilai dan sangat berharga. Dengan cara pandang seperti ini, muncullah pelangi kecerdasan anak-anak kita.
“I believe the children are our future... teach them well and let them lead the way, show them all the beauty they possess inside”