Proses inspirasi terjadi saat seseorang dibuat kagum, takjub, atau terpukau
oleh sesuatu yang dilihat, didengar, atau dibacanya. Peristiwa itu sanggup
menyalakan percikan api kreativitas atau semangat perubahan dalam dirinya.
Diantara banyak profesi, gurulah yang punya kesempatan paling besar untuk
menyalakan percikan api semangat anak didiknya, dan memberikan inspirasi bagi
kehidupan masa depan para siswanya. Tapi yang perlu diketahui bahwa kita harus
menyadari bahwa misi guru bukanlah mengubah orang lain. Yang bisa kita lakukan
adalah memberi mereka inspirasi dan membantu mereka berubah. Bukan kita yang
merubah mereka, tapi merekalah yang mengambil komitmen untuk berubah, membantu
mereka berubah dari dalam hatinya sendiri untuk merenda masa depan yang sangat
didambakan. Namun, bagaimana realita
yang umum terjadi di sekolah saat ini ? banyak guru yang mengajar secara
monoton contohnya dengan ceramah saja dari awal sampai akhir pelajaran,
memarahi siswa yang salah mengerjakan PR, atau memarahi siswa yang dapat nilai
buruk. Siswa tidak akan berkembang dengan bagus, baik akademik maupun
kepribadiannya dalam suasana ketakutan seperti itu. Para guru mesti menyadari,
kalau dalam mengajar kita tidak hanya transfer knowledge saja, melainkan kita
juga harus transfer value (nilai-nilai dan
karakter) bagi masa depan siswanya.
Guru, ada yang
memaknai bahwa guru adalah akronim dari “digugu dan ditiru” pemaknaan yang
baik. Namun kita tidak bisa melihat dari satu sisi saja, karena akan terlintas
bahwa hanya siswa saja yang melihat guru bukan sebaliknya. Sebagai seorang guru
kita harus bisa memahami diri siswa, baik dari segi kecerdasan maupun emosional
siswa, karena hal tersebut akan memudahkan kita dalam proses transfer knowledge
ke siswa. Pekerjaan guru bukan dimulai saat menulis berbagai perangkat
pembelajaran, melainkan dimulai dari observasi kebutuhan siswa misalnya tentang
gaya belajar siswa, yang kemudian akan dijadikan pedoman dasar untuk merancang cara atau strategi pembelajaran yang
efektif. Gaya belajar siswa adalah gaya belajar guru, kemudian seorang guru
harus bisa mengkombinasikan berbagai gaya belajar agar bisa memenuhi kebutuhan
siswa sesuai gaya belajar masing-masing. Gaya belajar akan berdampak kepada
potensi kecerdasan siswa, maka dari itu seorang guru harus merancang
pembelajaran yang mampu mengadopsi kecerdasan siswa sehingga siswa merasa
nyaman mengikuti proses pembelajaran, siswa menyukai dirinya sendiri, timbul rasa
percaya diri serta siswa pun termotivasi untuk berprestasi.
Dalam kegiatan
pembelajaran guru juga dituntut untuk
menjadi sosok yang kreatif dan inovatif, penuh dengan penemuan-penemuan baru
agar siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu kondisi kelas
pun berdampak terhadap emosional siswa, maka ciptakanlah kelas yang nyaman,
visibilitas, fleksibel, aksesbilitas serta kelas yang penuh dengan keindahan.
Kondisi belajar yang baik akan menghasilkan pembelajaran yang kondusif dan juga
efektif. Untuk mengukur tingkat keefektifan pembelajaran, guru memerlukan
sebuah alat ukur yang nantinya akan menghasilkan sebuah nilai yang menjadi
ukuran tingkat keberhasilan siswa. Banyak sekali teknik penilaian yang dapat
digunakan guru untuk mengukur keberhasilan siswa, antara lain yaitu tes
tertulis, praktek, produk, proyek, portofolio, dan sikap. Dari berbagai teknik
penilaian tersebut guru akan mendapatkan nilai dari hasil pengukuran, setelah
itu guru dapat melakukan sebuah evaluasi yang tujuannya untuk mengambil
keputusan, apakah hasilnya baik, berhasil ataupun harus ditingkatkan lagi.
Selain itu evaluasi juga berfungsi sebagai tolok ukur keberhasilan
pembelajaran, agar kedepannya guru dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran
berikutnya.
GURU YANG BAIK ADALAH GURU YANG MENGINSPIRASI :)